Hujan

“There was once a time when my universe revolved around only you” – Go Back Couple

Hujan turun sejak pagi, kamu tahu? Kubilang, udara hari ini nyaman sekali meski gerimis menebal membasahi sepatu merahku. Kotamu mungkin tak sepanas kotaku, jadi sia-sia aku berbisik di telingamu tentang angin yang meniup ujung kerudungku satu-satu.

Langit kelabu sejak fajar. Kamu tahu? Hening di jeda itu terasa begitu pilu. Satu waktu dingin pagi begitu menusuk tulangku, seperti pagi ini, ketika kamu pergi. Bagaimana esok hari  jika kamu tak di sini? Bagaimana malamku jika tak diakhiri oleh suaramu?

Haruskah kuputar waktu agar kita tak pernah bertemu? Atau kubeli hati lain untuk  pengganti di saat  milikku  membusuk di tanganmu?

***

Hujan tak pernah selama ini di kotaku, kamu tahu?  Di hari ketika linu oleh luka darimu telah sembuh, di waktu wangi kemejamu yang tak pernah kupikirkan lagi…

Di saat duniaku bukan sekadar kamu.

Menulis Pendek di OPINI.id

Snapshot_2017-8-4_13-35-8

 

Bagi bloger atau yang suka nulis, biasanya pakai WordPress atau Blogspot buat nulis. Aku juga selama ini pakai WordPress buat review buku, drama korea/film, nulis cerpen atau flash fiction, atau posting hal-hal yang dirasa penting buat ditulis.

Nah, dua blogging platform tadi menyediakan halaman yang lebar sampai tak terhingga panjangnya buat nulis. Tapi gimana kalau kita pengen nulis yang pendek-pendek aja? Di Twitter terbatas cuma 140 karakter pun. Buat yang males nulis panjang, aku saranin nulis di OPINI.id. Gimana, sih, tampilan dan cara kerjanya? Yuk, bongkar-bongkar dikit isinya.

Snapshot_2017-8-4_12-35-8
Contoh cover depan

Setelah masuk ke situs OPINI.id, pilih create topic (buletan biru ada pensilnya). Muncul lah cover depan yang harus dikasih foto  dan judul. Setelah itu pilih next, terus muncul lah satu halaman buat head article. Biasanya aku nulis di situ buat pengantar poin-poin yang ada di depan nanti.

Snapshot_2017-8-4_12-36-50

Enaknya, kita nggak perlu panjang-panjang nulis. Cukup kasih aja poin-poin penting yang bakal nyambung ke halaman selanjutnya.

Snapshot_2017-8-4_12-41-42

Setelah klik next, muncul 3 options yang bisa kita pilih. Voice opinion buat masukin video, Create Article buat nulis biasa, dan Ask The Crowd buat bikin polling. Karena aku lebih ke nulis, jadi aku milih Create Article dong!

Snapshot_2017-8-4_12-42-11

Dan taraa! Inilah halaman buat nulis poin per poinnya. Add media kalau mau dikasih foto, kalau nggak juga nggak apa-apa tapi jadi polosan nanti. Tulis judul poinnya, baru nulis opini di bawahnya. Dengan batasan 150 karakter, kita nggak perlu sayang-sayang halaman gede dikosongin (kayak WordPress). Setelah kelar satu poin, klik panah ke kanan terus ulangi step-step tadi. Terus aja, deh, sampai apa yang mau kamu opinikan tuntas.

Dan bagi pencari views, OPINI.id cocok banget buat kamu karena…

Snapshot_2017-8-4_13-56-2
lihat views-nya? bwahahahahaha

Artikelku yang lain bisa dibaca diakunku di sini (eaaa), dan jangan lupa register dulu yak. OPINI.id juga ada Creator of The Week, lho. Gosip-gosipnya ada hadiahnya kalau kepilih. Ahsik! Tapi yang paling penting, sih, kita nggak perlu susah-susah nyari tempat nulis yang nyaman buat nulis pendek. Situsnya nggak berat baik buat web atau mobile, OPINI.id juga udah punya aplikasi buat yang pengen nulis via HP. Coba di-search aja di playstore atau googleplay, udah ada di sana.

Coba, yuk!

Penulis, Pejuang, Dan Teman Dalam Chicago Typewriter [kdrama-review]

DA2v4gDVYAAYnaN

Awalnya mau drop drama ini, tapi ternyata nggak bisa dan diikutin sampai habis Sabtu (June 3rd 2017) kemarin. Kayak biasanya, mari bahas sedikit yang sekiranya bikin aku terusik pengin nulis.

DBfVecVUQAEN4x5

Chicago Typewriter bercerita tentang Han Se-Ju (Yoo Ah-In), penulis best seller yang tiba-tiba kehilangan kemampuan menulisnya setelah ketemu mesin ketik antik di kota Chicago, Amerika Serikat, saat fan meeting. Selain itu, dia juga mulai dihantui bayangan-bayangan masa lalu yang nggak tahu apa dan gimana bisa muncul di mimpi-mimpinya.

Sementara itu, mesin ketik yang berada di Chicago bergerak sendiri di tengah malam, ngetik minta dikirim ke Han Se-Ju di Korea. Alhasil pemiliknya yang ketakutan langsung ngirim hari itu juga. Yaa gimana,  daripada dihantui tiap malam kan?

Jeon Seol (Im Soo-Jung) mantan atlet  tembak nasional  yang kini punya banyak side job dan juga die hard fans-nya Han Se-Ju, kayak sudah ditakdirkan *ceileh* ketemu sama idolanya, jadi kurir yang ngirim tuh mesin ketik dari bandara ke rumah Se-Ju. Ketiban durian runtuh, awalnya, sampai Han Se-Ju ngira Jeon Seol adalah stalker dan fans fanatik  yang bisa ngelakuin apa aja termasuk masuk rumah idolanya tanpa permisi. Padahal, sebenarnya, spirit di dalam mesin ketik itu lah yang bantu Jeon Seol buka pintu.

Spirit yang dimaksud adalah, hantu/arwah  yang ada di dalam mesin ketik. Hah? Nah, di tengah stresnya Se-Ju dengan deadline dan mentoknya tulisan yang ditulis, kejadian aneh lain muncul. Yaitu naskah yang dikirim ke penerbit Se-Ju via fax, yang mana nggak pernah ditulis oleh Se-Ju. Tapi nomor fax-nya nomor Se-Ju dan isi naskahnya sama persis kayak yang ada di pikiran Se-Ju, ini makin bikin stres karena dia nggak pernah ngerasa nulis apalagi naskahnya bukan diketik di halaman word melainkan di mesin ketik. Jeng jeeeng! Hingga di satu malam, Se-Ju mergokin Yoo Jin-Oh (Go Kyung-Pyo) lagi ngetik di meja kerjanya.

Oke, cukup. Mari tarik ke depan di mana mereka bertiga sebenarnya 3 sekawan, dulunya. Dulunya yang dimaksud adalah 80 tahun yang lalu di tahun 1930-an, di mana Korea masih dijajah Jepang, jadi bisa dibilang mereka bereinkarnasi. Han Se-Ju yang dulunya ketua dari Joseon’s Youth Alliance (semacam kelompok pemuda yang merjuangin kemerdekaan), belum sadar kalau bayangan-bayangan di mimpinya itu adalah  past life-nya dia. Sedang Jeon Seol pun dulunya sniper di perkumpulan itu, dan itu jadi alasan kenapa dia nggak lagi jadi atlet tembak karena tiap dia pegang pistol, ada bayangan dia nembak orang yang seharusnya nggak ditembak. Hmm, siapakah yang Jeon Seol tembak dulu? Tangannya gemetar, terus rasanya kayak sedih banget tapi nggak tahu alasannya. Sedang Yoo Jin-Oh itu dulu wakilnya Se-Ju, temen, saodara, orang kepercayaan yang juga nyediain markas buat perkumpulan mereka. Yoo Jin-Oh ini satu-satunya yang inget dan tahu  past life mereka—meski nggak semua—karena sejak masa itu sampai sekarang dia nggak reinkarnasi, tapi kekunci di mesin ketik.

DBfVe1nUQAADO8a

Kedengerannya berat? Nggak juga sih. Awalnya bertahan nonton karena bahas dunia penulis, gimana penulis ngadepin writer’s block, ngadepin deadline sama editor,  banyak banget buku-buku dan rak-rak buku yang penuh juga, jadi seneng lihatnya. Per bagian naskah yang ditulis Se-Ju nyeritain gimana keadaan mereka dulu dibantu Yoo Jin-Oh yang bisa bawa mereka ke masa lalu. Lama-lama menarik, misteri siapa dan gimana yang dibuka satu per satu di tiap bab naskahnya, bromance Se-Ju-Jeon Seol (dulu dia nyamar jadi cowok)-Jin-Oh, juga perjuangan mereka melawan Jepang.

DA3_7WyVYAAwxnl

Kalau ada yang follow twitter-ku pasti tahu aku sering cerewet bahas variety show 2 Days 1 Night (tonton di sini). Nah, di episode Harbin Special mereka bahas Ahn Jung Geun yang juga merjuangin kemerdekaan Korea dan nembak petinggi Jepang  (Ito Hirobumi) di stasiun Harbin. Kelompok Joseon’s Youth Alliance ini sekilas ngingetin aku sama episode Harbin Special ini. Apalagi pas mereka nyebut-nyebut Manchuria, langsung inget. Secara nggak sengaja tahu sejarah Korea dan ketika ketemu Chicago Typewriter, jadi ngerti betapa mahalnya sebuah kemerdekaan. Cara pengemasan sejarah Korea dalam bentuk Variety Show dan diselipin di drama bikin gampang ngerti, jadi bukan cuma hafalan yang dua hari kemudian udah lupa. Ini perlu diapresiasi, karena nggak semua negara bisa.

Saat Ahn Jung-Geun mengemban misi ke Harbin (dengan beberapa orang lainnya), bukan hanya diambil dari sisi berapi-apinya memperjuangkan kemerdekaan, tapi juga dikasih lihat dari sisi manusianya bahwa dia harus pergi demi negara dan demi keluarganya. Apa saja dilakukan meski nyawa taruhannya, banyak taruhannya, tapi beliau ngerti—kayak surat Se-Ju di masa lalu saat dia niat pergi ke Stasiun Kyungsang—kalau jalan yang diambil itu adalah jalan menuju kematian. Bahkan sampai hari ini makam Ahn Jung-Geun masih ada di Cina. Makamnya pun nggak pasti di mana, tapi di satu area itu dipastikan ada.

DBUXCC_U0AImAq8

Ketika salah satu member 2 Days 1 Night nanya “Kira-kira makamnya bisa dipindah ke Korea?”, dijawab sama pemandunya “Bisa, tapi mungkin harus ngomong dulu ke Korea Utara buat bareng-bareng mindahin”. Gitu kira-kira kurang lebihnya. Ke sana buat merjuangin Korea, begitu Korea udah bebas beliau malah nggak bisa pulang. *sobbing*

DA4K6Q1VoAAe6nL

Balik ke Chicago Typrwriter. Sebagai pejuang, mereka  juga nggak boleh jatuh cinta atau terpengaruh perasaan pribadi. Jadi tiap langkah yang diambil cuma ditujukan buat kemerdekaan negara, meski mereka tahu perasaan nggak bisa ditutupi atau dibohongi.  Se-Ju. Jeon Seol, dam Yoo Jin-Oh di masa kini gali lagi semua yang terjadi di masa lalu buat ditulis ulang. Di masa lalu Se-Ju juga nulis, tapi nggak kelar karena dia keburu meninggal. Dioper ke Yoo Jin-Oh juga nggak kelar karena dia pun keburu meninggal, jadi mau diterusin di masa kini. Sedih banget ketika cerita keseluruhan ketahuan. Dari mereka baru ketemu, bareng-bareng kayak kakak-adek/temen/kolega/guru, sampai lihat mereka meninggal di depan mata. Berkorban nyawa (dan perasaan) buat kemerdekaan negara mereka.

Chicago Typewriter bukan drama yang wah banget sebenernya, tapi begitu kelar berasa ngerti pahlawan kita dulu gimana. Duh, patah hati lihatnya. Jadi makin ngerasa kalau kebebasan yang kita nikmati sekarang bukan hal yang mudah didapat  dan ditebus dengan banyak nyawa keluarga atau teman. Chicago Typewriter nggak hanya ngomongin soal penulis, tapi juga soal persahabatan dan patriotisme. (4/5 stars!)

DBZuxvFU0AEoBgD

[kdrama-review] Tunnel

C_h7UOhXcAEC87R

Dari sekian banyak drama yang tayang di semester awal tahun 2017, kayaknya baru Tunnelyang bikin penasaran sampai akhir dan punya ending paling pas. Tayang di channel TV kabel OCN, mari bahas sedikit—karena satu postingan blog nggak bakal cukup buat bahas 16 episode.

Tunnel ini bercerita tentang detektif di tahun 1986 yang nyasar di masa depan. Kok bisa? Di tahun 1986, ada pembunuhan berantai yang memakan korban beberapa wanita. Dari yang single sampai yang udah berkeluarga. Nah, dibilang pembunuhan berantai pun nggak asal sebut, dilihat dari caranya, semua korban dibunuh dengan pattern yang sama; yaitu tangan dan kakinya diiket stocking serta lehernya pun dicekik pakai stocking.

Dalam pengejaran pelakunya, Park Kwang-Ho (Choi Jin-Hyuk) terlibat perkelahian di sebuah terowongan. Tapi anehnya, setelah dia keluar dari terowongan, semua yang ada di kota berubah. Dari kantor polisi, rekan polisi yang nggak dia kenal, sampai tata bangunan. Setelah dicari tahu, ternyata dia ada di masa depan di tahun 2017 yang mana adalah 30 tahun kemudian. Jreng!

C_wGog6UwAAGfzN

Genre time sliping/traveling/traveler-mystery thriller awal tahun  ini banyaknya udah kayak genre pengacara/jaksa dll-nya, yang mirip-mirip musim genre medical drama di semester kedua tahun 2016.  Sampai bosen. Banyak bener serial killer, bahkan yang genre romcom juga disusupi psikopat. Kebanyakan biasa aja. Tunnel udah di-underestimate sejak mulai diumumin pemerannya, oh dan juga karena drama pendahulunya (Voice) yang awal-awalnya doang bagus lama-lama apa-sih. Jadi mulailah nonton Tunnel sambil misuh-misuh “serial killer lagi, serial killer lagi”.

Ini hikmah dari nggak berekspektasi tinggi-tinggi. Nggak nyangka Tunnel bisa semengalir itu, dan plotnya rapi. Awal-awal bau-baunya mirip Signal (musti di-review juga kayaknya biar bisa di-link), tapi versi lebih halus. Makin maju makin enak ditonton, tahu-tahu abis gitu lah.

[Quick review buat Signal: pace cepet, plot rapet, kalau nonton jangan meleng dan jangan lupa napas. Masih jadi drama favorit dan jadi standar buat drama genre mystery/thriller. 10/10-5/5stars]

Nah, Tunnel versi halusnya, lebih enteng, tapi enak buat diikutin. Park Kwang-Ho nggak bisa nangkep pelakunya di timeline aslinya (1986), jadi otomatis pelaku masih hidup dan berkeliaran. Di tahun 2017 itu Kwang-Ho ngejar pelakunya demi bisa balik lagi ke 1986. Dari awal masuk di masa depan, dia udah dihadang sama kebetulan-kebetulan yang bikin kita jerit-jerit… karena pas klimaks selalu dipotong buat minggu depan. Kebetulan-kebetulan ini sebenernya gampang ditebak, tapi nggak tahu kenapa tetep bikin histeris pas ditonton. Dari pertemuan sama juniornya, sama salah satu anak korban pembunuhan di tahun 1986 yang udah gede, sampai ketemu anaknya sendiri. Mereka ini ketemu bukan karena kebetulan, tapi memang udah seharusnya mereka ngumpul. Mereka juga yang nantinya bakal bantu Kwang-Ho buat nangkep si pelaku.

C_0DQEXVYAA-jJZ

Shin Jae-Yi (Lee Yoo-Young) yang profesinya psikolog tapi criminal psychologist (?), jadi lebih kayak profiler sih—kalau kata Kwang-Ho “kenapa kriminal dipelajari? kriminal itu ditangkap”—Pinter, berani, tapi ada satu titik di mana dia ceroboh. Dia mempelajari cara kerja para kriminal, dan jadi dosen di Universitas Hwayang. Meski sekilas rada serem isi pelajarannya, aku mau dengan senang hati ikut kelasnya. Belajar gimana penjahat bisa jadi penjahat, pembunuh, atau serial killer. Nyari tahu kenapa mereka bisa kayak gitu, apa yang kira-kira jadi trigger-nya, seru!

C_wLSkHWAAAmCCy

Kim Sun-Jae (Yoon Hyun-Min) detektif yang terobsesi nangkep serial killer. Dia berdua sama Park Kwang-Ho serasi banget klopnya dan juga clueless-nya. Kalau lagi bener keren banget, kalau pas clueless ya apalah apalah pengen noyor rasanya.

Tapi selain mystery-thriller, Tunnel bisa ditambah label genre keluarga & komedi. Nggak pure thriller karena dicampur sama family matters dan jokes yang bikin ngikik-ngikik. Mungkin ini yang bikin halus, nggak kayak Voice yang gore dan bkin deg-degan doang. Sekali waktu tegang, kesel, ketawa, nangis sedih, terus nangis haru.

C_2sa4rWsAAQG9X

Yang juga musti dikasih perhatian dan credit adalah karakter serial killer-nya (Kim Min-Sang). Pembunuh berdarah dingin, sociopath yang punya otak. Jadi dia bukan tipe penjahat yang ngandelin harta/kekuasaan buat ngelawan protagonist, tapi pake taktik. Ngeri. Dia nggak ceroboh, nggak grubak-grubuk, tenang, nggak punya tanda-tanda punya ‘kelainan’, jadi kayak tetangga kita yang tiap hari diajak ngobrol atau ronda bareng. Dia bahkan bisa ngasih clue ke detektif (yang mau nangkep dia), tapi detektifnya ngeyel mulu. Ya Allah ampuni dosa kami. Jangankan dia, yang nonton aja pasti pada kesel lihatnya.

C_Zx_DQWsAA4bRt
“There are some people who hide in the light, not in the darkness”

 

Overall seru dan nagih. Setelah Goblin, baru Tunnel yang bikin betah buat ditonton dan ditunggu tiap Sabtu-Minggu. OCN udah harus diperhitungkan, nih. Dari pertarungan drama weekend, ada Yoo Ah-In di Chicago Typewriter, ada Park Hae-Jin di Man To Man, tapi ternyata malah Choi Jin-Hyuk yang paling greget lewat Tunnel (nomor 2 Chicago Typewriter, ManToMan aku drop).

DAXR505V0AASsvS
final bow

 

 

Goblin: The Lonely & Great God

“What does buckwheat flower means?”

“Lover”

c21gjgrucaaqzbk
Goblin

Akhir tahun 2016 kemarin, jagat drama land dihebohkan oleh satu judul drama baru yang tayang di satsiun TV kabel Korea Selatan yaitu tvN berjudul Goblin: The Lonely And Great God. Sebenernya dari awal kabar siapa-siapa aja yang main udah heboh, sih. Gong Yoo, yang udah lama nggak main drama dan sibuk di layar lebar, balik lagi. Kalau lupa siapa Gong Yoo, dia yang jadi bapak-bapak nyebelin di Train to Busan, tapi tetep ganteng. meski membuktikan ganteng doang nggak bakal bisa jadi antibodi kalau ada zombie iseng-iseng ngegigit. Dan tadaaa… jadilah zombie ganteng.

Terus apakah yang bisa bikin Gong Yoo balik lagi ke layar kecil? Tidak lain dan tidak bukan skrip Goblin ini yang ditulis Kim Eun-Sook. Tante Kim Eun-Sook ini kabarnya udah ngelobby Gong Yoo dari 5 tahunan lalu tapi tidak berhasil, saudara-saudara. Thanks for not giving up on him, writer-nim. *bow*

c15rvxgveaaewuf
Inuyasha, is that you?

Itu bisa jadi alasan kenapa kamu harus nonton Goblin: Gong Yoo! sebelum masuk ke cerita, Goblin ini manjain mata banget. Kualitas gambarnya ada di atas rata-rata drama lain. Episode pertama kalau dilihat malah kayak lagi nonton film.

Itu juga bisa jadi alasan kamu nonton Goblin: Its Cinematography!

cy350z1wiaa23h3
Quebec – Canada

Kurang?

cz-hqxwviaat0ec

Nah, mari mulai masuk ke cerita.

Spoiler alert! Kalau baru mau nonton dan nggak mau baca bocoran, stop baca sampai sini.

Lanjut? oke!

Premisnya kira-kira begini: Kim Shin ini jenderal perang yang nggak terkalahkan, meski raja merintahin dia pergi ke perang yang mustahil dimenangin, Kim Shin tetep menang. Raja–yang dijadiin boneka sama kasimnya, jadi iri karena lama-lama rakyatnya lebih hormat dan patuh sama Kim Shin ini. Di perang terakhir, Kim Shin diperintahin buat jangan balik lagi dari perang. Kalau ada yang dateng ya, itu kabar kematiannya. Tapi Kim Shin tetep balik dan raja anggap itu ngelawan perintah yang akhirnya dia dianggap pemberontak. Pemberontakan Kim Shin ini mengakibatkan semua keluarga dan orang-orangnya dibunuh, termasuk istri raja–ratunya, yang adalah adik Kim Shin sendiri. Kim Shin? Dia juga. Tapi dia terbunuh oleh pedang (yang dikasih raja), oleh salah satu tangan kanannya atas kemauan Kim Shin sendiri.

Setelah kematiannya, orang-orang yang loyal sama Kim Shin ini doa siang-malem buat dia, dan ajaibnya di sini. Kenapa? Kim Shin dengan pedang di dadanya, bangkit dari kematian! Kehidupan baru jadi Goblin yang immortal, nggak tua, nggak mati, kalau sedih jadi hujan, kalau seneng kembang-kembang pada mekar, dan bisa ngidupin orang yang udah meninggal. Ini bisa jadi hadiah, tapi juga hukuman karena selamanya dia bakal lihat orang-orang di sekitarnya meninggal dan nggak bakal bisa lupa. Kecuali pengantinnya (Goblin’s bride) nyabut pedang di dadanya, baru dia bisa meninggal dengan tenang. Setelah 900 tahun kehidupan immortal-nya, akhirnya Goblin ketemu dengan pengantinnya! Pengantinnya ini bisa manggil Goblin pakai niup api doang, dan bisa lewatin pintu ke mana saja-nya Goblin.

cywkd8juaae1ekx

Dari episode awal udah keliatan konfliknya. Raja-Goblin, Goblin-goblin’s bride, dan samar-samar raja-ratu. Keyword-nya adalah: reinkarnasi. Goblin/Kim Shin akhirnya balik ke Korea setelah 20 tahun, di jalan dia ketemu Grim Reaper (Lee Dong-Wook).

c0atsjtxuaeze9f

Alasan ketiga nonton Goblin: their bromance! berdua ini umurnya udah ratusan tahun tapi kelakuan kayak anak-anak PAUD. Berantem, akur, lempar-lemparan lada, sampai membasmi kejahatan bersama! (semoga anak-anak PAUD ada yang membasmi kejahatan juga). Nggak cuma berdua, keponakan Goblin–Deok-Hwa (Yook Sung-Jae) pun sama aja.

c2u0qtmxcaix5wq
Dumb, Dumber, & Dumbest

Setelah Grim Reaper, Goblin ketemu Ji Eun-Tak (Kim Go-Eun), missing soul yang lagi dicari-cari Grim Reaper. Eun-Tak ini 19 tahun lalu harusnya meninggal di dalam kandungan bareng ibunya yang ketabrak mobil, tapi diselamatkan Goblin. Jadi Eun-Tak ini harusnya nggak lahir.

Drama ini banyak bahas kehidupan dan kematian. Kim Eun-Sook ini duh entah ya, tapi plot sama plot twist-nya bener-bener bikin nganga. Aku tiap akhir episode sering banget teriak-teriak ‘DAEBAAKKK’ di twitter sampai pada bosen kayaknya yang baca. Nggak tahu cerita mau dibawa ke mana dan kejutan apa yang ada di depan.Makin maju makin diungkap siapa Goblin dan siapa Grim Reaper. Meski perkembangan karakter Goblin-EunTak rada lambat, tapi jadi lupa karena diisi sama gambar-ost-komedi yang baguuuss. Ibaratnya lagi nunggu kereta yang ditumpangi antre di Manggarai, tapi AC dingin, pemandangan di luar bagus, makanan tersedia, ditambah ada Srimulat lagi ngelawak. Nggak bakal berasa mau antre sejam juga.

Alasan keempat nonton Goblin: Puisi! Banyak kalimat-kalimat original dari skrip yang bagus dan dinarasikan kayak didongengin gitu,tapi juga ada puisi yang diambil dari buku tertentu.

c20rlojucaa1tec

Plus visual autumn di Kanada…

Soal cecintaan, selain Goblin-Euntak, Grim Reaper juga ketemu Sunny (Yoo In-Na) yang secara misterius bikin Grim Reaper nangis tanpa sebab.

c3atjtnwgaeinbv
“What do you like?”, Grim Reaper: “You”

Kisah cinta mereka ini tragedi. Terlebih pas tau mereka sebenernya siapa di kehidupan sebelumnya. Sunny yang sedang menjalani kehidupan ketiga–dari empat kehidupan, ternyata juga berhubungan erat sama Goblin dan Grim Reaper. *sobbing*

c2zoiqtwqaarr18

Goblin sendiri yang tadinya pengen banget mati, setelah ketemu eun-tak malah jadi pengen hidup lama. Di sini Samshin (God of child birth) bilang kalau Goblin pengen hidup, Eun-tak harus mati karena takdirnya emang buat nyabut pedang di dada Goblin, jadi kalau Goblin nggak mau ya Eun-Tak nggak punya tujuan buat hidup. Makin lama Goblin hidup, makin sering Eun-Tak dihadang kematian, bahkan Goblin sendiri pernah hampir nggak sengaja membahayakan hidup Eun-Tak ini. Dan Samshin minta Goblin aja yang mati karena dia udah hidup cukup lama sedang Eun-Tak baru hidup 19 tahun. Dilema.

c2fxxkyuuaahmex

“Meeting you was my life’s reward. Some day, we’ll meet again I will come as the first snowfall…”

 

Episode 13, adalah perfect ending buat Goblin. Kenapa? Pas sama premis. Goblin nyari pengantin buat nyabut pedang biar dia meninggal dengan tenang dan kembali ke ketiadaan. Siapin tisu buat episode ini, nangisnya Kim Go-Eun ini menyayat hati bener. Begitu lah harusnya Goblin berakhir. Kalau kamu mau nyocokin sama premis, stop nonton sampai di sini. 9,8/10 (nanggung amat yak).

Masih mau lanjut sampai episode 16? oke!

c2vhfjhuqaext9x

“There is no sadness that lasts for eternity. There is no love that lasts for eternity either.”

“There is”

“Which one?”

“A sad love?

Setelah pedang dicabut dari dada Goblin, nggak disangka Kim Shin malah terjebak di antara hidup dan mati. Dia pernah tanda tangan kontrak lucu-lucuan yang dulu dibikin Eun-Tak, yang ternyata bikin Kim Shin nggak bisa pergi gitu aja.

c2qz6htwqaatccs

Sementara Eun-Tak dan semua yang pernah kenal Kim Shin dihapus segala ingatan yang berhubungan dengannya oleh Tuhan, Kim Shin kekurung di padang es yang nggak ada batasnya dan dia cuma bisa jalan tanpa arah.

c2_qcgfwqaengdn
“On that dessert, he was so lonely that he sometimes walked backwards. He wanted to see the footsteps in front of him”

Mungkin 900 tahun hidupnya masih belum cukup kesepian sampai-sampai Tante Kim Eun-Sook nahan kepergian Kim Shin. Kim Shin ketahan di padang es selama 9 tahun sampai Eun-Tak niup lilin di saat salju pertama turun, tapi sayangnya Eun-Tak nggak inget dia. Lucu-lucuan dari nggak inget ke inget lagi ini kayak lucu-lucuan di awal-awal episode.

c20f4yzveaafdlr
“Because you’re always shining, because my first love is you, because today is a good day, will you be my bride?”

Sama kayak pilihan Kim Shin buat balik lagi ke kehidupannya yang immortal bareng Eun-Tak, pilihan sad love yang diambil keduanya nggak sampai di situ. Sad love macam nggak bisa bareng karena salah satu harus mati, ternyata nggak cukup sad buat Tante Kim Eun-Sook.

c3a4imjueauo7eg

Entah Eun-Tak Misiing soul atau bukan, dia itu manusia biasa jadi bisa ketemu kematian kapan aja. Di situ lah Kim Shin akhirnya ditinggal Eun-Tak dan hidup sendirian lagi. Tapi sama kayak sebelum Kim Shin pergi setelah pedangnya dicabut, Eun-Tak pun janji di kehidupan selanjutnya bakal nyari Kim Shin. Eun-Tak nggak mau minum teh yang bisa hapus memori di kehidupan sekarang dari Grim Reaper biar nggak lupa sama Kim Shin.

c2velyvwqaa8atp

Setelah Eun-Tak pergi ke afterlife, Grim Reaper & Sunny pun ikut pergi. Mereka semua reinkarnasi di tempat terpisah, Grim Reaper & Sunny ketemu lagi tapi tanpa ingatan apapun dari kehidupan sebelumnya. Sedang Eun-Tak, seperti janjinya, she runs to Kim Shin first. Mereka ketemu lagi.

c21x6psviaaky6e
happy ending

Dibilang happy ending, iya. Mereka akhirnya bareng lagi. Sad ending, juga iya. Karena di sini Kim Shin harus nunggu Eun-Tak reinkarnasi (yang entah kapan), dia sendiri nggak bisa mati, jadi sebenar-benarnya kesepian memang. Terus gimana kalau Eun-Tak udah sampai di kehidupan yang keempat di mana dia nggak reinkarnasi lagi?  Ganteng doang juga nggak bisa bikin rasa sepi ilang.

By the way, Goblin bikin dua kata ini berasa banget magisnya. Mak nyes gitu.

“Na do (me too).”

c3adqwuxeaemb6j
aaaakk! *rest in happiness*

-R-

Para Orang Tua–Dear My Friends [review]

c0kdyzruoaa8_3x

Bagaimana kehidupan orang-orang tua?

Kebanyakan yang nonton k-drama nyari aktor-aktor ganteng/cantik, muda, badan bagus, pokoknya yang bikin halu-delusional. TvN lagi-lagi agak menyimpang dari standar tadi, dengan nayangin drama yang pemeran utamanya berumur di atas 50/60 tahun. Jarang-jarang, apalagi di tengah persaingan rating yang jahat banget antar stasiun TV. Tayang di pertengahan tahun 2016, antara bulan Mei sampai Juli, Dear My Friends kayaknya juga lepas dari perhatian penonton TV dilihat dari rating ketika tayang.

Drama-drama underrated kayak gini justru yang tanpa sengaja ditonton tapi malah jadi drama favorit. Di awal tahun, ada Signal yang juga tayang di TvN dan juga dengan rating rendah. Sebelum nonton Dear My Friends, aku lebih dulu nonton Age of Youth yang lagi-lagi tayang di channel TV kabel yaitu JTBC. Nah, Age of Youth (baca review di sini) ini punya vibe yang sama kayak Dear My Friends. Sama-sama underrated, TV kabel, genre slice-of-life, dan tanpa disangaka jadi drama favorit. Let’s take a look!

culfrk1xgaayzp8

Dear My Friends bercerita tentang Park Wan (Go Hyun-jung) yang berprofesi sebagai penulis dan translator, diminta ibunya nulis novel yang bercerita tentang teman-temannya. Park Wan aja ini umurnya udah hampir 40 tahun, apalagi temen-temen ibunya? Nah, awalnya Park Wan ini juga ogah nulis, lagian ngapain berurusan sama orang-orang yang tua, cerewet, banyak mau, dan ngerepotin? Cerita apa yang bisa ditulis? Wong deket-deket aja hawanya udah pengen ngamuk, ya nggak?

Tapi apa? Dear My Friends ini jelas well-written-script. Penulisnya–No Hee-Kyung ngegambarin dunia orang tua dengan hati, realistis, heart-warming, tapi juga heartbreaking. Apa sih yang ada di kepala orang-orang tua? Apa yang mereka mau di hari-hari terakhir? Hidup macam apa yang udah dilalui di belakang? Gimana pendapat mereka soal anak-anaknya? Kita bisa lihat kehidupan dari kacamata orang tua, dari point of view orang-orang yang udah hidup lama ini.

cr22jbyw8aevw9h
Park Wan

Park Wan sendiri anak yang selalu berantem sama ibunya. dia ngerasa ibunya terlalu ikut campur sama hidupnya. Di umur 7 tahun dulu, Park Wan sempet hampir meninggal karena disuruh minum racun sama ibunya sendiri. Park Wan ngerasa dia milik ibunya, jadi apa-apa yang diperintahin harus dikerjain meski minum racun pun. Dia tumbuh jadi anak yang nurut sama perintah ibunya. Tapi bagian lain yang biasanya anak nggak tau adalah isi kepala ibunya. Ibunya mau bunuh diri sendirian, tapi di sisi lain dia lihat sendiri suaminya tidur sama cewek lain di ranjang mereka, ibunya (neneknya Park Wan) digebukin sama suaminya (kakeknya Park Wan) juga di depan matanya. Bagi ibunya, di dunianya udah nggak ada lagi yang bisa dipercaya buat ngerawat Park Wan, jadi dia niat mati berdua sama anaknya. Di sini bukan menekankan ibu boleh ngeracunin anaknya, ya. Tapi aku titik beratkan di gimana sudut pandang anak dan orang tua itu berbeda, kita nggak pernah tahu apa yang mereka pikirkan.

cvcswq9vyaex1go
Jeong Ah

Salah satu teman ibunya Park Wan ini pengin banget keliling dunia. Waktu baru nikah udah dijanjiin suaminya nanti kalau kaya mau diajak trip ke luar negeri, tapi dia nggak bisa ninggalin orangtuanya. jadi ngitung kira-kira 20 tahun lagi baru bisa nge-trip. Jeong Ah ini karakternya cablak dan hardworker. Meski suaminya banyak maunya, dia nurut. Punya 1 anak angkat dan 2 anak kandung. Dia kerja di rumah anak-anaknya buat nambahin biaya hidup di samping suaminya yang kerja jadi security di apartemen. Dan dia ceria-ceria aja. Cerita masa lalu dan masa tuanya bikin patah hati.

cudz4flvuaehssj
Hee Ja

Hee Ja. Suaminya meninggal di lemari yang bisa buat tidur kayak lemarinya Doraemon, dan milih buat hidup sendiri biar nggak membebani anak-anaknya yang udah berkeluarga. Tapi gimana kalau ternyata dia punya dementia? Persahabatan Hee Ja sama Jeong Ah ini favorit banget, dan tunggu kejutan di episode 14.

cudkrrcukaau_0c
Cheong Nam

Cheong Nam. Nggak nikah dan nggak punya anak, tapi ngurusin saudara-saudaranya yang semua harus dirawat di rumah sakit, ngurus keponakan, biayain sekolah, sampai jual-jualin semua asetnya buat ngurusin keluarganya ini. Sementara dia masih ikut kayak program pendidikan buat lulus setara SMA. Karakternya straight to the point, tapi cheerful. Kalau lihat dia mungil imut gitu nyenengin.

cr22h7awgaaiveg

Yeong Wan. Artis yang 2 kali nikah 2 kali cerai yang di balik keglamoran hidup dan tampilannya ada banyak luka baik luka batin atau fisik.

Nan Hee, ibunya Park Wan yang ngerasa bertanggung jawab ke keluarganya dan begitu takut ninggalin mereka karena (lagi-lagi ngerasa) nggak ada yang bisa selain dia. She’s a real fighter, indeed. Dia di sini dapat peran yang imbang, dia sebagai anak dan juga sebagai ibu. Kita bisa lihat gimana dia memperlakukan ibunya, kita bisa lihat dia berantem sama anaknya. Imbang.

Percakapan-percakapan mereka seringnya kritis, nggak bertele-tele karena pengalaman udah ngajarin banyak hal. Tapi nggak lupa humor, jadi nggak sedih-sedihan aja isinya. Dear My Friends jadi drama kedua setelah Age of Youth yang fokus di persahabatan dan female-centric. Friendship goals. Kita bisa llihat gimana mereka saling mendukung, saling membutuhkan, saling terikat, saling menghibur, saling memiliki, ketika ajal udah di depan mata. Menjadi tua bukan berarti bebas dari masalah, anak-anak mereka udah nikah semua bukan berarti mereka lepas tangan dan nggak dipikirin, menjadi tua bukan berarti ngak bisa bersenang-senang.

cmyqlzfvuaalz0i
neneknya Park Wan & ibunya Nan Hee

Dear My Friends adalah satu-satunya k-drama yang bisa bikin aku nangis. Nangis bukan cuma netes setitik dua titik, tapi sampai bener-bener sesenggukan. Terakhir nangis kayak gitu pas nonton film yang judulnya Ode To My Father yang durasinya paling 2 jam, sedang ini totalnya 16 jam dari 16 episode. Drama yang menghangatkan, tapi sekaligus melukai. Jadi inget sama orangtua sendiri dan kepikiran gimana kalau mereka tua nanti? gimana gue ngadepin mereka saat mereka tua? Beban apa yang masih dipikul di usia sepuh mereka? Bisakah gue jadi anak yang baik di hari-hari terakhir mereka? Di masa tua mereka, gue jadi anak yang nelantarin atau yang ngurusin? Gimana kalau gue telat jadi anak yang baik buat mereka?

cniihbducaexamu

Drama ini drama yang indah, di samping banyak bikin nangis. Nggak banyak memang bintang mudanya selain Go Hyun-Jung, Lee Kwang-Soo (anaknya Hee Ja), dan Jo In-Sung yang jadi pacar LGR-nya Park Wan. Cerita cinta-cintaan mereka juga jadi bumbu yang bikin Dear My Friends lebih manis–buat kamu, kamu, dan kamu yang haus akan kisah cinta anak muda. Manis tapi pahit.

cv2tq8fuaaarp-d
manis ya

16 episode, 16 jam. Definitely worth to watch! Siapin tisu jangan lupa. Ending-nya juga manis, jadi nggak perlu khawatir ending yang zonk atau ngegantung. TvN did a great job too! Angkat topi buat aktor-aktor veteran yang aktingnya baguuuuuss banget.

cowobpwuiaau0si
“I just have one wish. I wish this moment will last a little longer, so they will not have regrets” – Park Wan

5/5 stars, 10/10. Bahkan Age of Youth cuma kukasih 9,5/10.

cmuzo3svmaamai4

-R-

 

 

 

[review] My Wife is Having an Affair This Week

index1

Mari kita mulai review ala-ala My Wife is Having an Affair This Week yang udah aku janjikan di twitter @rararatnaP. Spoiler alert!

Setelah review Age of Youth (baca di sini), 1 lagi drama JTBC yang akhirnya bikin terusik dan pengin banget ditulis. Dengan jumlah 12 episode aja, drama ini udah cukup menyelesaikan semua masalah yang harus dibungkus di episode terakhir. Nah, apa aja, sih, yang jadi masalah dari drama ini?

Dari judulnya aja sebenarnya udah ketahuan konfliknya apa. Do Hyun Wo (Lee Sung Kyun) tanpa sengaja baca SMS di HP istrinya, yaitu  Jung Seo Yoon (Song Ji Hyo) yang ditengarai dari cowok. Nggak sembarang SMS, tapi SMS yang bilang kalau dia udah booking kamar hotel. *Jgeer!* Setelah nanya sana-sini, dia malah dapet clues yang memperkuat tebakannya melalui beberapa perilaku istrinya yang sedikit berubah. Nah, saking bingungnya, Hyun Wo posting masalahnya ini di semacam message board gitu.

images

 

Ketika satu hal udah dilempar ke internet, efeknya bakal gini: Semua orang bisa lihat, semua orang bisa komentar entah baik atau buruk; entah ngasih jalan keluar atau ngetawain. Setelah di-posting ternyata tanggapan rakyat internet ramai. Ada yang kasihan, ada yang marah, ada yang ngomporin buat datengin ke hotel buat buktiin istrinya bener-bener selingkuh apa nggak.

Dan bener, istrinya selingkuh.

Banyak drama yang bahas soal perselingkuhan, contohnya On The Way to The Airport yang tayang beda hari. Bedanya di mana? On The Way to The Airport memperlihatkan bagaimana satu orang bisa selingkuh sama orang lain, sebut aja step by step-nya. Dari mulai kenalan sampai ending ya isinya fokus tentang mereka berdua yang selingkuh.

My Wife is Having an Affair This Week juga tentang perselingkuhan, tapi… dia fokus di sebab-akibat, di proses setelah ketahuan, bagaimana cara memperbaikinya. Selingkuh, oke. Tapi akibatnya apa? Kenapa bisa? Alasannya apa? Aku pernah ngetwit kalau nonton ini bikin perang batin. kenapa? Karena logically bener, tapi secara moral salah.

images1

 

Soo Yeon ini istri yang sempurna. Dia rajin, jago urus rumah, jago urus suami. Dia juga ibu yang baik buat anaknya, dan dia pekerja kantoran yang kredibel. Nggak ada flaws. Tapi tahukah kalau semua yang tampak sempurna dan baik-baik aja nggak menjamin dia juga baik-baik aja?

imagesDB

 

Episode awal-awal jujur bikin bosen, aku hampir drop drama ini karena di situ, si istri ini tampak jahat dan si suami kayak korban tak bersalah. Komentar-komentar di Instagram pun banyak banget yang benci sama istrinya, tapi ada yang aneh. Kalau dua orang ini karakter utama, harusnya dua-duanya punya back story, dan di awal cuma nyeritain dari sudut pandang si suami. jadi kuputuskan buat nerusin nonton atas nama penasaran dan membuktikan kalau kita cuma sedang digiring opininya. *halah*

Setelah ketahuan selingkuh pun istrinya nggak ada usaha membela diri atau ngasih alasan, sementara suaminya kebakaran jenggot antara nggak percaya dan nggak nyangka istrinya bisa nusuk dia dari belakang. Di proses itu, sedikit demi sedikit dibuka sisi istrinya. Gimana dia struggle sebagai istri, ibu, dan pekerja.

Siapa yang bilang jadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang gampang? Si istri bangun 2 jam lebih awal buat nyiapin sarapan si suami dan anak, nyiapin perlengkapan kantor & sekolah, bersih-bersih, terus bangunin suami dan anaknya, mandiin anaknya buat disiapin ke sekolah, baru dia sendiri yang siap-siap ke kantor. Saat suami dan anaknya duduk nyaman buat sarapan, dia buru-buru berangkat ke kantor biar nggak telat. Suaminya nge-drop anaknya di halte bus sekolah sambil buang sampah, baru berangkat ke kantor. Malamnya, si istri masak buat makan malam, bersih-bersih, ngurusin anak, nunggu suami pulang.

Istrinya sering telat jemput anaknya di sekolah meski dia udah berusaha cepet-cepet keluar kantor, makanya dia suka minta tolong ke ibu-ibu di sekolah biar anaknya sekalian dibawa biar nanti dijemput di rumahnya. Saking nggak enaknya, si istri sering beliin makanan atau ngajak makan siang buat bayar jasa ibu-ibu ini. Istrinya juga sering minta tolong ke si suami biar jemput dulu anaknya karena dia lagi sibuk atau lagi meeting, tapi suaminya juga sibuk dan nolak. Akhirnya si istri juga yang lari-larian ke sekolah anaknya buat jemput.

Dari banyak komentar yang muncul selama drama ini tayang, “She’s dead inside” jadi kalimat paling ngena yang aku baca. Dia kelihatan baik-baik aja, tapi nggak di dalam sana. Jamnya muter cepet banget, dia handle semua kerjaan baik di rumah, di sekolah anaknya, atau di kantor. Suaminya ngerasa bantu buang sampah dan nge-drop anak udah cukup, dan dia ngerasa aman karena istrinya nggak ngeluh dan kelihatan tanpa cela.

Di tengah hectic perputaran jamnya, si istri ketemu klien yang di saat mau meeting telat 2 jam. Kesel? Banget. Tapi apa, si klien bilang melalui teks kurang lebih “Aku harap 2 jam cukup untuk membaca buku yang selalu kamu bawa“. Ada orang lain yang notice kalau dia butuh waktu buat dirinya sendiri. Dia notice kalau ada buku di tas yang selalu dibawa tapi nggak pernah dibaca. Detail kecil yang suaminya nggak pernah sadar tapi pengaruhnya gede buat si istri.

Tapi apa ini membenarkan perselingkuhan istrinya? Nggak.

Di satu episode, si suami nguatin diri buat duduk dan nanya alasan kenapa si istri selingkuh, karena istrinya nggak pernah bilang alasannya.

CxnZKa9UsAEtZSG

 

Si istri ngerasa bersalah dan minta cerai karena udah nggak kuat kalau harus liat suaminya menderita karena perselingkuhannya. Suaminya masih belum mau karena rasa penasarannya belum kejawab. Terus ketika si istri ngeluarin bebannya sedikit, si suami bilang “Kalau kau merasa ini berat, semua orang juga hidup seperti ini“. Aku yang nonton bengong, kayak ada yang mukul tepat di dada. Rasanya sakit dan nyesek.

Aku sendiri, yang baru ngerasain sedikiiiiitttt dunia orang dewasa, kadang ngerasa pengen berhentiin waktu sebentar. Let me take a rest for a while. Istri, ibu, adalah ‘pekerjaan’ yang nggak punya hari libur. Sedikit perhatian bisa jadi segalanya, sedikit waktu untuk mendengarkan bisa buat bayar rasa capeknya.

Jadi ketika si istri sedikit ngeluh, kenapa si suami nggak refleksi ke diri sendiri tapi malah nyalahin balik? Kenapa nggak nyoba buat mengerti?

Tapi apa ini bisa buat alasan si istri selingkuh? Nggak.

Nggak ada alasan yang membenarkan perselingkuhan. Mereka terikat tali pernikahan, Si suami udah jadi suami yang nggak gimana-gimana, dia punya pekerjaan, dia juga sayang istri dan anaknya. Dia nggak suka mukul, dia juga nggak selingkuh sama cewek lain. Kalimat secara-logika-bener-tapi-secara-moral-salah di awal tadi udah berasa?

Proses perceraian pun alot. Dan My Wife is Having an Affair This Week ngasih liat betapa bercerai nggak segampang itu. Ada anak, ada keluarga besar, ada kemungkinan pernikahannya masih bisa diperbaiki, pertimbangan akan memaafkan dan memulai dari awal. Dari message board tempat si suami posting masalahnya, sebagian nyuruh cerai, sebagian mencegah. Terus ada 1 yang bilang meski dia bisa memaafkan, tapi selamanya dia nggak bakal bisa melupakan. Dan username ini yang dari awal ngasih saran paling bijak, sementara yang lain ada yang ngajak bunuh diri, ada yang ngomporin, bahkan ada yang saking keselnya dia mau buka identitas si istri. Internet memang pisau bermata dua.

images2db

 

Si istri udah terlanjur ngerasa bersalah, dia ngerasa udah ngasih luka yang susah sembuh ke keluarganya. Meski keduanya masih saling cinta, akhirnya mereka memutuskan bercerai. Si suami akhirnya merasakan beratnya ngurus anak, ngurus rumah, sambil kerja setelah mereka pisah sampai akhirnya dia ngerti perasaan istrinya. He feel sorry for her. Dia minta maaf buat semuanya yang bikin istrinya nyingkirin high heels dan ganti pakai loafer.

Metafora high heels dan loafer ini bikin patah hati.

My Wife is Having an Affair This Week berhasil mengusik sampai dibikinin postingan sepanjang ini, sama kayak Age of Youth. Padahal baru 1 love life yang dibahas. ada 2 love lifes yang jadi side kick dan nggak kalah banyak yang bisa dibahas. Kenapa cuma mereka doang yang dibahas, buatku ini terlalu nyata dan ngena. Selama nonton pun jadi kepikiran, seberapa besar aku–kita menghargai pasangan atau ibu? Apa kita udah cukup mengerti mereka? Apa mereka bener-bener baik-baik aja?

4/5 stars!

-R-

*) pics source from google.

*) menerima kritik dan saran.

[review] Age of Youth

CqyXUvgUIAAC1df

Bagi yang follow Twitter aku, pasti udah nggak asing sama k-drama yang satu ini. Kenapa dibahas terus? Nah ini, yuk bahas di sini!

Suka nonton k-drama belum lama sebenernya. Sejak One Direction hiatus, dunia sepi banget rasanya. Terus iseng-iseng nonton channel yang nayangin program di Korea Selatan sana, bablas deh keterusan.

Setelah nonton Signal–yang mana ini jadi drama favorit di sepanjang sejarah nonton drama korea, nggak sengaja ngeklik Age of Youth (AoY). Iseng juga, sih. Awalnya ngira AoY ini drama lucu-lucuan, light genre drama, lah. Setelah ditonton aku terguncang, pemirsa!

Intinya, AoY ini cerita 5 cewek yang hidup di share house namanya Belle Epoque. Kos-kosan kalau di sini nyebutnya, tapi yakin deh pasti pengen tinggal di Belle Epoque kalau udah lihat rumahnya kayak apa. Apa sih yang dipikirin kalau denger 5 cewek ngumpul? Ngegosip? Ngobrolin make up? Ngobrolin cowok? Sempit sekali duniamu, kisanak…

Cq0Cjh_VYAAfIIO

Yoon Jin-Myung (Han Ye Ri), Jung Ye-Eun (Han Seungyeon), Song Ji-Won (Park Eun-Bin), Kang Yi-Na (Ryu Hwa-Young), dan Yoo Eun-Jae (Park Hye_Soo) tinggal di satu atap. Di episode 1, point of view cuma ada di Yoo Eun-Jae sebagai mahasiswa baru yang berasal dari desa. Alasan kenapa AoY ini ngena banget itu karena realistis. Awkward, takut hidup bareng orang lain, kesel karena orang yang baru dikenal semena-mena sama kita digambarin jelas di karakter Eun-Jae ini. Eun Jae yang pemalu, lugu, dan susah ngomong terus terang jadi satu poin gimana AoY disebut relatable.

Di episode 2 udah mulai nyeritain point of view dari 5 cewek itu. Jin-Myung yang diceritain paling tua di sana, sibuk kuliah dan kerja paruh waktu. Dia selalu terburu-buru, berangkat pagi pulang malem banget. Jangankan ngobrolin cowok, napas aja kayaknya nggak sempet. Kalau lagi di bagian nyeritain dia, rasanya ikut stress. Ada yang bilang kalau karakter Jin Myung ini yang paling lemah karena dia nggak ada ups and down, down terus deh pokoknya. Tapi sungguh, Jin Myung ini cerminan banyak dari kita yang punya banyak beban di pundaknya dan nggak ada jalan lain selain survive.

Kang Yi-Na ini punya pacar 3. Ada yang nyebut dia sugar baby, dan hidupnya memang mewah karena disokong 3 pacarnya itu. Yi-Na punya karakter yang kalau ngomong nggak disaring, blak-blakan. Awal-awal dia kelihatan biasa aja, tapi lama-lama cerita di balik hidupnya ini yang paling menarik. Ya, kita nggak tahu di balik hidup orang yang kelihatannya baik-baik aja, ada luka apa nggak, jadi di-pause dulu coba yang udah keburu nge-judge. Dor!

Song Ji-Won malord! Ji Won punya karakter yang ruame. Dia yang jadi penyatu di antara 5 cewek itu. Dia yang ngerasa hidupnya biasa aja, nggak ada polisi tidur, dan susah nyari pacar karena dia selalu mendominasi obrolan.

Jung Ye-Eun ini karakter cewek yang gengges. Banyak yang nggak suka dia karena dia judgemental, holier than tho, dan punya kehidupan cinta yang ‘sempurna’. Kita paling nggak pernah punya satu temen yang kayak gini; dia yang ngerasa cewek harus dandan, punya pacar brengs*k tapi nggak ditinggalin no matter what.

Yoo Eun-Jae si pemalu. Tiap inget Eun Jae pengin cekikikan, lucu banget. Dia suka sama senior yang cheesy abis! Aku aja baru tahu ada makhluk macam dia hidup di bumi. Eun Jae bakal ngingetin kita ke cinta monyet yang kalau sekarang dipikirin, bakal ngakak heran.

Kayak yang udah dibilang tadi, AoY ini kayak drama lucu-lucuan. Ngarepnya ya ketawa-ketawa aja. Sampai Song Ji-Won ngaku bisa lihat hantu dan di depan lemari sepatu, ada 1 hantu. Di sini cerita mulai jalan. Tiap cewek udah mulai nebak-nebak kalau itu hantunya orang-orang yang ada hubungannya sama mereka.

Jin-Myung kerja mati-matian ternyata buat biayain adiknya yang udah koma bertahun-tahun, dan buat bayarin utang ibunya. Yi-Na nanggung rasa bersalah karena dia bisa selamat dari kecelakaan bertahun-tahun lalu, Ye Eun yang sebenernya nggak bahagia sama pacarnya, dan Eun Jae… yang ngerasa udah bunuh ayahnya. Light genre drama? WRONG!

Walau kelihatannya ini drama receh, dari segi cerita dan karakter juwara! AoY berani ngangkat isu-isu dari save sex sampai domestic violence. Bukan drama yang isinya orang kaya VS orang miskin, orang yang punya kekuasaan VS bawahannya, tapi drama yang ‘sekadar’ nyeritain kita. Orang biasa dengan berbagai masalah di belakangnya, orang biasa dengan lukanya masing-masing, orang biasa yang ada di sekitar kita. Tapi, ya, nggak tahu kalau ternyata kamu ada di sekitar pewaris perusahaan A atau keturunan keenam dari Si B hahahaha!

AoY bisa disebut menggabungkan 5 genre dari 5 cewek itu sebenernya. Kalau 5 cewek itu dipisah terus dibikinin 1 judul drama, bisa jadi 5 drama dengan karakter mereka masing-masing. Akting Han Ye-Ri jadi Jin-Myung, hampir nggak pernah senyum. Stresnya berasa banget, terus tunggu dia nangis deh. Di episode 4 dia nangis, crew di sana sampai pada ikut nangis. Ryu Hwa-Young yang masih baru di dunia akting ini juga effortless, dan setelah AoY tamat, doi langsung dapet peran utama. Wogh!

Park Hye-Soo yang ternyata jebolan Kpop-Star, udah pernah main di Yongpal. Oh, dia ngisi ost Lucky Romance (Sad Fate) juga. Sebagai yang paling muda, karakter lugu/naif dapet banget feel-nya. Tapi meski karakternya lucu, justru dia yang paling bikin aku takut di AoY. Dia punya rahasia yang baru kebuka di episode-episode akhir, dia yang kayak anak-anak ternyata di belakang, dia yang jaga ibunya. Dia yang ngurusin urusan ibunya, dia yang khawatirin ibunya, dia yang nanggung beban batin sementara ibunya tenang-tenang aja. Satu-satunya yang bikin otak nggak terlalu penuh cuma karakter Ji-Won. Setiap dia muncul, pasti ada hal aneh yang bikin ketawa. Dia ini mewakili cewek-cewek yang nggak pernah sedih, seneng ngomong jorok, dan nggak takut maju duluan ke cowok. Tapi di balik petakilannya JI-Won, dia bijak banget. Setelah analogi Anak Kembar-nya, banyak yang tertohok. Akting Park Eun-Bin ampun, deh. Nggak nyangka dia bisa segila itu, dan selain Hwa-Young, Eun-Bin juga langsung dapet project baru. Asik!

Nah, dialog-dialog di AoY juga quote-able banget. Nggak nyangka nonton drama lucu-lucuan malah end up stres mikirin hidup; “Gue udah ngapain aja selama ini?”; “Gue udah cukup bersyukur nggak?”. Kayak dijewer pakai cara halus. Dan karena karakter-karakternya orang biasa, jadi gampang ‘akrab’ kayak ke temen sendiri. Mereka sedih ikut nangis, mereka nge-down pengen meluk, mereka seneng ikut ketawa, mereka didzolimi pengen ngelindungin, AoY tamat kayak ditinggalin. Dan kayak naik roller coaster nonton drama ini. Bisa ketawa cekikikan nggak kelar-kelar, terus ngakak-ngakak sampai sakit perut, dibikin kesel sampai pengin banting laptop, dan bisa nangis-nangis parah.

Ketika dibilang AoY drama low budget karena pemerannya nggak ada yang terkenal (katanya), justru di sini AoY nggak ngejual pemainnya. Han Ye-Ri kurang apa coba, dia banyakan main di film yes. Sebelum AoY tamat aja filmnya (Worst Woman) rilis.

Spoiler buat episode terakhir: open ending!

Banyak yang nggak puas sama open ending karena merasa masih banyak yang harus diselesaiin. Tapi kalau dipikir lagi, ya ini kan yang namanya hidup? Banyak hal yang nggak bisa diselesaiin, apalagi umur mereka masih 20an. Hidup mereka nggak berhenti di episode terakhir. Dan open ending ini juga lah yang mengusik setelah AoY tamat sampai ditulis di blog, banyak hal yang muncul karena kita dikasih jalan buat mikirin kemungkinan-kemungkinan. Banyak yang bisa diambil dari Age of Youth, dan meski di atas disebut ada hantunya, ini bukan drama horor. Slice-of-life, begitu kata penontonnya.

Saking banyaknya yang mau ditulis, nggak berasa udah di atas 1000 kata. 4,5/5 stars buat Age of Youth yang underrated. Oh, satu lagi… SOUNDTRACKS-NYA JUWARA! (cek di sini)

Mengutip satu kalimat dari penonton AoY yang pas buat gambarin keseluruhan cerita:

” Age of Youth is about the hurts that haunt us.”

Cq1BaHxWIAAbcJs

Mudik 2016: Terjebak di ‘Brexit’

Ini bisa dibilang mudik yang memakan waktu paling lama seumur-umur aku kerja di Jakarta. Mari bagi menjadi dua bagian, agar kita bisa lihat dua point of view.

Dimulai dari perjalananku—kami sebagai masyarakat yang sama-sama melewati satu jalur yang akhirnya menahan kepulangan ke kampung masing-masing.

Aku mudik H-3, pas memang di hari Minggu. Terminal keberangkatan ada di daerah Tangerang Selatan, berangkat pukul 12.00 WIB teng! Jalanan juga udah lumayan lengang di depan kampus UIN yang biasanya jadi biang kerok kemacetan, karena 1). Depan kampus yang depannya ada rumah sakit, 2). Ada putarbalikan, 3). Beberapa meter ke depan ada belokan ramai ke arah Kampung Utan atau Bintaro.

Pasar Jumat, lancar. Masuk tol, lancar. Bahkan sampai gerbang tol Cikopo, nggak ada gangguan berarti. Jalanan masih lancar juga sampai gerbang tol Palimanan, dalam hati udah bersorak deh pokoknya. Rasa khawatir mulai berkurang, sejak berangkat pukul 12.00, sampai Palimanan menuju sore. Aku masih inget, buka puasa masih jauh dari exit Brebes-Pejagan. Sampai di sana udah mulai gelap. Di sini masih mikir positif, karena di depan bayar tol buat keluar Brebes, pasti lah ngantre, meski kanan-kiri, depan-belakang udah penuh kendaraan yang bisa dibilang berebut mau keluar.

Keluar gerbang tol, bus langsung berhenti total. Tadi aku bilang mau keluar tol mulai gelap, aku nggak ngitung berapa lama karena setelah bus berhenti aku ketiduran-bangun-ketiduran lagi, tahu-tahu sudah pukul 03.00 WIB. Dari aku buka puasa sampai sahur, bus itu masih diem di tempat. Mejik!

Jpeg
exit Brebes-Pejagan

Lajur kanan itu antrean menuju Brebes, keluar dari tol Cipali (kelihatan macetnya belum?). Busku ada di dalam antrean itu juga, dan kenapa fotonya diambil dari lajur kiri, nanti dijelasin di post selanjutnya.

Jpeg
Ini lah lajur kanan yang ada di foto sebelumnya (antrean keluar tol menuju Brebes)

Bus (semua kendaraan sih, kecuali motor yang bisa nyelip-nyelip) kami jalan dengan kecepatan 0 km/jam. Oke, jalan 2 meter, terus berhenti 30 menit. Jalan 5 meter, berhenti 40 menit, on repeat sampai waktunya berbuka puasa aja masih di sana. Kurang keren apa lagi, sahur-buka puasa di Brebes. Skenario terburuk dari macet adalah kehabisan bahan bakar, dan bener aja solar habis. Dari 2 pom bensin kosong semua. Bus kami akhirnya memutuskan untuk parkir di rumah makan, sementara kondektur nyari solar. Di rumah makan itu dari menjelang isya, harapan satu-satunya cuma kondektur yang lagi nyari solar itu.

Sampai pukul 22.00 WIB, kondektur masih belum nemu juga solarnya. akhirnya dia ikut bus lain yang, nebeng sekalian bus itu jalan sambil nyari pom bensin. Skenario terburuk kedua adalah, kondektur nggak nemu solar. Bahkan sampai pukul 02.00 WIB (Selasa dini hari), kondektur nggak ada kabar apa-apa. Penumpang inisiatif kasih saran untuk tetap lanjutin perjalanan dengan solar seadanya, urusan habis bahan bakar nanti dipikirin sambil jalan. Sopir menyanggupi tapi dengan syarat AC dimatiin demi menghemat solar, kami setuju. Bus pun berangkat 30 menit kemudian.

Lepas dari jalur Brebes, agak lancar jalannya sampai aku ketiduran. Antara jalan lancar atau capek aja, sih hahahaha! Kebangun di tengah-tengah sawah, di jalur Tegal. Macet, lagi.

Blog3[1]
ini lokasinya (bisa dilihat jam di kanan atas)
06.33 WIB, Selasa pagi masih di Tegal. Ritme-nya 11-12 juga sama di Brebes; jalan 5 meter, berhenti 30 menit. Tapi kekhawatiran lebih ke solar bisa bawa kami sampai mana, takut pas habis pas belum nemu pom bensin. Update: kondektur yang nyari solar dari kemarin malam, belum juga nemu. Allahuakbar!

Di Tegal, kami bertahan dengan pertolongan solar milik warga lokal yang akhirnya dibeli. Sampai Prupuk, kami ketemu kondektur di pom bensin, saudara-saudara! Udah dzuhur kemungkinan di sana, syukurnya lalu lintas ramai lancar jadi dengan penambahan solar dari kondektur, kami bisa bernapas dengan tenang.

Sampai Bumiayu Maghrib, yang juga bertepatan dengan akhir bulan ramadan. Mimpi bisa sahur dan buka di rumah, kandas. Aku 3 kali buka puasa, 2 kali sahur di jalan, dan belum juga sampai rumah.

Setelah perjalanan panjang dari Tangerang selatan (Minggu, 12.00 WIB), sampai di rumah Selasa malam, pukul 22.00 WIB. Mudik tahun ini, pulang di malam takbiran.

[book review] Goosebumps: Misteri Manusia Salju

615163005_goosebumps_misteri_manusia_salju_the_abominable_snowman_at_pasadena_cetak_ulang_cover_baru
source: Gramedia

Judul: Misteri Manusia Salju

Penulis: R.L. Stine

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 168+ halaman

ISBN: 978-602-03-1706-9

Blurb:

Kakak beradik Nicole dan Jordan Blake sudah muak dengan cuaca panas di Pasadena. Seumur hidup mereka belum merasakan musim dingin. Karena itu mereka sangat ingin, sekali saja, bisa merasakan musim dingin. Musim dingin sungguhan dong, lengkap dengan hujan salju! Dan tiba-tiba keinginan itu menjadi kenyataan. Bersama Dad, mereka pergi ke Alaska. Betapa malangnya Jordan dan Nicole.  Mereka hanya ingin melihat salju, tapi malah diburu makhluk raksasa. Monster berbulu, dikenal sebagai si Manusia Salju yang mengerikan! Apakah mereka juga akan lenyap begitu saja, seperti yang dialami beberapa penduduk yang bertemu monster menyeramkan itu?

Review:

First impression buat Misteri Manusia Salju ini bisa dibilang menarik. Bukan karena apa-apa, tapi karena pamor Goosebumps yang udah kayak kepiting saus padang terkenalnya (analogi macam apa pula). Penasaran apa sih yang ada di dalamnya, bener-bener bikin merinding, nggak?

Setelah buka halaman pertama, bahasanya enteng bener. Khas buku-buku terjemahan, sih. Jadi lancar-lancar aja bacanya, minim kesalahan tulis pun. So far nggak keganggu sama typo. Karena enteng, jadi nggak perlu meres otak buat mikir. Banyak yang besar dengan seri Goosebumps ini, kalau dilihat dari isinya sih memang cocok. Kebetulan aku kecilnya tinggal di daerah, jadi nggak punya kesempatan baca seri ini. Ketemu perpustakaan baru pas SMP dan langsung dihajar teenlit dan seri Harry Potter (lucky me!)
Diceritakan dari POV 1, yaitu Jordan Blake itu sendiri, bikin kita ngerasa langsung mengalami kejadian di dalam buku. Dengan ide utama tentang manusia salju, kita bakal dibawa ke Alaska dengan tundra-nya yang luas. Mencari manusia salju yang masih abu-abu keberadaannya, sambil menebak-nebak arah ceritanya ke mana. Ending? Gantung! Paan. *lah* :))

Terakhir, izinkan saya mengutip quote yang sangat amat bermanfaat dari salah satu percakapan di Misteri Manusia Salju ini:

Hah?

Sekian.