Patah Hati Semalam

Aku yang ada di belakangnya melihat, dan menangis sendiri seperti mimpi-mimpi yang ingin diingat.

Tidak seperti biasanya, dia pergi begitu saja. Tanpa bilang hendak ke mana, juga bertemu siapa. Aku melihat punggungnya menjauh bersama motor berwarna hitam. Aku tak bisa mengingat apa yang sebelumnya terjadi di antara kami, tapi wajahnya murung. Mata di balik kacamata meredup sebelum dia memutuskan meninggalkanku.

Yang bisa kuingat hanyalah saat kakiku mulai menapaki jalan-jalan sempit di antara tembok perumahan kami. Memikirkan ke mana dia akan pergi, kapan dia pulang, kapan dia menghubungi lagi, kapan kami berteman seperti sebelum tadi. Bagaimana jika dia tak pernah kembali atau memutuskan menjadi orang asing?

Lalu ada bayangan motor hitam di ujung jalan. Rambut keriting dan kacamata itu yang setiap hari ingin kulihat, dan hanya jeda beberapa jam saja, wajahnya sudah berbinar. Tak ada redup yang tersisa, seolah lilin-lilin pemberianku sudah benar-benar mati dan diganti dengan lampu listrik warna-warni. Ada wanita bertubuh ramping dengan rambut panjang tergerai, memperhatikannya. Sesuatu mencekikku, mungkin keinginan untuk bertukar tempat agar aku lah yang ada di sampingnya. Lalu satu kecupan mendarat di bibirnya.

Aku membeku. Hatiku mencelos seketika, dan aku ada jauh di belakangnya. Seharusnya tak apa, seharusnya tak ada rasa sakit di dalam sana. Tapi air mata menganak sungai, tapi kakiku perlahan mundur dan lari. Aku baru saja patah hati. Bahkan ketika mimpi-mimpi ini sesaat terlupa, rasa sakitnya meraung-raung menampakan rupa.

“Everything you’ve ever dreamed of, disappearing when you wake up*”

*) Night Changes by One Direction.

**) mimpi kilat dua malam lalu yang bikin patah hati.

Leave a comment